KEGELISAHAN
YANG DIALAMI MANUSIA PADA KALANGAN UMUR TERTENTU
Kegelisahan merupakan
salah satu bagian kehidupan manusia yang sering dialami karena beban
psikologis, yang biasanya diiringi dengan rasa khawatir atau rasa takut pada
suatu hal. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan segala sifat yang paling
sempurna diantara makhluk yang ada di bumi ini, sifat tersebut adalah cipta,
rasa dan karsa. Tetapi dengan adanya ketiga sifat tersebut manusia menjadi
tamak, kikir, iri, dengki, dan sebagainya, apabila manusia tidak dapat
mengatur, menguasai, atau mengekang hawa nafsunya ataupun bertindak yang
negatif.
Sifat tamak, kikir,
iri, dan dengki adalah sifat yang sangat tidak terpuji baik dihadapan sesama
mannusia ataupun dihadapan Tuhan pencipta alam dan isinya. Dengan adanya sifat
ini manusia akan mengalami rasa khawatir, takut, cemas, bahkan putus asa.
macam-macam
kecemasan menurut Sigmund Freud ahli psikoanalisa yang berpendapat bahwa ada
tiga maca kecemasaan yang menimpa manusia, seperti :
- Kecemasan Obyektif
(Kenyataan)
Kecemasan tentang kenyataan adalah
suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam
dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang
mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan
mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi
kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda
tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
Contohnya seperti kenyataan yang
dialami seorang wanita yang terkejut ketika melihat di pakaiannya ada sebuah
ulet. Ia mengalam keterkejutan yang begitu hebatnya sehingga kecoa menjadi
binatang yang mencemaskan baginya. Atau ketika seorang wanita yang pernah
mengalami pelecehan seksual di angkot, wanita tersebut akan sering takut ketika
naik angkot yang sepi dan takut melihat pria. Kecemasan akibat dari kenyataan
yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi
hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah
kemudian apa yang disebut stress. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau
anak kecil dan sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah
dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia
selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada
pula yang memberikan reaksi membalik: karena ia mendendam, maka ia
berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
2.
Kecemasan Neuorotis
(Syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah.
Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni:
A.
Kecemasan yang timbul
karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena
orang itu takut akan bayangannya sendiri atau takut akan identitasnya sendiri,
sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari
seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan
terjadi.
- Bentuk
ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia
adalah, bahwa intensitas ketakutan melebihi
proporsi yang sebenarya dari obyek yang ditakutkannya.
- Rasa
takut lain ialah rasa gugup, gagap dan
sebagainya. Reaksi ini munculnnya secara tiba-tiba tanpa
ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredekan diri
yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan
neuorotis yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh identitas meskipun ego dan superego melarangnya.
3.
Kecemasan Moril
Kecemasan moril disebabkan karena
pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara
lain, yakni iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, atau rasa
kurang. Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pernyataan
individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena
itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat
dipahami orang lain.
Sifat-sifat seperti itu adalah sifat
yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa
khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa.
Misalnya seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka dalam
pergaulannya ia terbatas bila tidak tersisihkan, sementara itu ia pun tidak
berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai
sebagai lawan. Ketidakmampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan
kecemasan moril.
Contoh kegelisahan pada tingkat usia tertentu
- kegelisahan pada anak-anak :
via seorang siswa kelas empat sd.
Ketika pulang sekolah diberitahu oleh ayahnya yang akan dipindahkan lokasinya
diluar kota. Itu berarti via sekeluarga harus pindah ikut ayahnya. Hal itu
tersebut menimbulkan kegelisahan buat via, karena ia sudah begitu nyaman dengan
lingkungan rumah dan sekolahnya. Ia mempunyai teman yang banyak dan baik. Ia
khawatir akan kehidupannya yang baru, teman sekelasnya nanti baik atau tidak.
Tetapai jika via tidak ikut nanti dia akan tinggal dengan siapa.
- Contoh
kegelisahan pada remaja :
Seorang wanita remaja takut terhadap
gelap, ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut. Akan tetapi setelah
melakukan penelitian ternyata anak tersebut mengalami kejadian yang tidak enak
dengan suasana gelap. Ia pernah dikunci oleh ayahnya bahkan dapat dikatahan
sering terjadi.
- Contoh
kegelisahan pada lansia:
Bagi kebanyakan orang yang sudh memasuki usia lanjut dan memasuki masa
pensiun
biasanya pada umur (55-64) seringkali dianggap sebagai kenyataan yang
tidak menyenangkan, sehingga pada masanya banyak orang yang mengalami sulit
tidur, sering cemas dan gelisah hingga sering mengeluh. Keluhan yang dirasakan,
berada pada tingkat ringan dan sementara saja. Hal ini terjadi karena orang
yang akan pensiun merasa akan kehilangan segalanya, kehilangan kekuasaan
dan prestise , bahkan harga diripun akan ikut hilang. Sehingga orang yang
pensiun tidak akan menikmati masa tuanya dengan tenang, senang dan santai,
namun justru akan merasa sedih, gelisah dan muncul problem kejiwaan yang
dinamakan Post Power Syndrome (PPS).
PPS sering
dipahami sebagai kumpulan gejala atau tanda yang terjadi dimana “penderita”
hidup dalam bayang bayang kebesaran masa lalunya (jabatan, karier, kecerdasan,
kepemimpinan, kecantikanya dan sebagainya) dan penderita seakan tidak bisa
menerima keadaan itu seperti contohnya masa pensiun, tinggal serumah dengan
anak-menantu dan cucu, jadi tinggal di panti werda, keadaan fisik yang melemah,
dan sebagainya. Semua perubahan ini dapat menimbulkan tekanan. PPS
merupakan bagian dari krisis identitas yang disebabkan tidak siapnya seseorang
atas terjadinya sebuah perubahan. Parahnya,hampir tidak semua orang
berhasil melalui fase ini dengan baik. Bahkan ada juga yang mengalami fase ini
hingga mencapai kondisi berat yang ditandai dengan gejala tidak dapat berpikir
rasional dalam jangka waktu tertentu , menjadi introvert (pribadi yang
tertutup) hingga depresi berat.
Gejala yang tampak
lainnya adalah gejala fisik , emosi dan perilaku. Gejala fisik dapat dilihat
dari seseorang yang tampak lebih tua dibanding pada saat dia menjabat.Gejala
emosi misalnya cepat tersinggung, merasa tidak berharga, ingin menarik diri
dari lingkungan pergaulan, dan sebagainya. Gejala perilaku misalnya malu
bertemu orang lain, lebih mudah melakukan kekerasan , sering menunjukan
kemarahan dan sebagainya.
Gejala-gejala
diatas bisa dialami oleh seseorang dikarenakan kekuasaan yang telah dimilikinya
selama bertahun tahun harus begitu saja ditinggalkannya sehingga ada semacam
ketidaksiapan atau kegamangan untuk menghadapi kondisi yang mungkin belum
terbayangkan sebelumnya . Keadaan akan berbeda jika seseorang lengser dari
kekuasaanya pada saat usianya masih muda maka kemungkinan akan terjangkit post
power syndrome akan sangat kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar